Pupuk organik cair tidak bisa dijadikan pupuk utama dalam bercocok
tanam. Sebaiknya gunakan pupuk organik padat sebagai pupuk utama/dasar. Pupuk
organik padat akan tersimpan lebih lama dalam media tanam dan bisa menyediakan
hara untuk jangka yang panjang. Sedangkan, nutrisi yang ada pada pupuk cair
lebih rentan terbawa erosi. Namun di sisi lain, lebih mudah dicerna oleh
tanaman.
Jenis pupuk cair lebih efektif dan efesien jika diaplikasikan pada
daun, bunga dan batang dibanding pada media tanam (kecuali pada metode
hidroponik). Pupuk organik cair bisa berfungsi sebagai perangsang
tumbuh. Terutama saat tanaman mulai bertunas atau saat perubahan dari fase
vegetatif ke generatif untuk merangsang pertumbuhan buah dan biji. Daun dan
batang bisa menyerap secara langsung pupuk yang diberikan melalui stomata atau
pori-pori yang ada pada permukaannya.
Pemberian pupuk organik cair lewat daun harus hati-hati. Jaga
jangan sampai overdosis, karena bisa mematikan tanaman. Pemberian pupuk daun yang
berlebih juga akan mengundang hama dan penyakit pada tanaman. Jadi, ketepatan takaran harus
benar-benar diperhatikan untuk mendapatkan hasil maksimal.
Setiap tanaman mempunyai kapasitas dalam menyerap nutrisi sebagai
makanannya. Secara teoritik, tanaman hanya sanggup menyerap unsur hara yang
tersedia dalam tanah tidak lebih dari 2% per hari. Pada daun, meskipun kami
belum menemukan angka persisnya, bisa diperkirakan jumlahnya tidak lebih dari
2%. Oleh karena itu pemberian pupuk organik cair pada daun harus diencerkan
terlebih dahulu.
Karena sifatnya sebagai pupuk tambahan, pupuk organik cair
sebaiknya kaya akan unsur hara mikro. Sementara unsur hara makro dipenuhi oleh
pupuk utama lewat tanah, pupuk organik cair harus memberikan unsur hara mikro
yang lebih. Untuk mendapatkan kandungan hara mikro, bisa dipilah dari bahan
baku pupuk
Bahan-Bahan:
a. Satu drum plastic urine dengan kapasitas 150 liter.
b. Tetes Tebu/Molasses 1 ltr.
c. Empon-empon (Temulawak, Temuireng, Kunyit,Laos,Kunci dll) 5kg
d. EM4 atau merk dagang lain yang banyak di pasaran sebagai
starter fermenter
Cara membuat:
Bakteri EM4 dan Molases dilarutkan dalam air jernih sebanyak 10
liter kemudian dituangkan ke dalam drum urine Empon-empon dihancurkan dan
dimasukan ke dalam drum. Setelah tercampur antara urine dan bahan-bahantersebut
kemudian urine diaduk sampai rata selama 15 menit, kemudian drum plastic
ditutup rapat. Lakukan pengadukan setiap hari selama 15 menit dan kemudian drum
ditutup rapat kembali selama tujuh hari.
Setelah tujuh hari urine dipompa dengan menggunakan pompa yang
biasa dipakai pada aquarium untuk meniriskan urine dan dilewatkan melalui
talang plastik dengan panjang 2m yang dibuat seperti tangga selama 3 jam,
tujuan proses ini untuk penipisan atau menguapkan kandungan gas ammonia, agar
tidak berbahaya bagi tanaman yang akan diberi pupuk bio urine tersebut.
Kemudian pupuk cair ini siap digunakan.
Cara Penggunaan Bio Urine :
Untuk aplikasi Bio urine ini bisa disiramkan atau disemprotkan ke
tanaman. Perbandingan Bio Urine + Air 1:2 untuk tanaman Padi diulang setiap 15
hari sampai dengan umur 60 HST. Untuk Rumput Gajah pada saat setelah
dipotong/panen
No comments:
Post a Comment